Морган Райс - Bangkitnya Para Naga стр 2.

Шрифт
Фон

Ini adalah sebuah karya fiksi. Nama, karakter, bisnis, organisasi, tempat/lokasi, acara, dan insiden adalah hasil karya imajinasi penulis atau digunakan secara fiksi. Setiap kemiripan dengan orang-orang yang sebenarnya, hidup atau mati, adalah sepenuhnya kebetulan.

Hak Cipta gambar sampul oleh Photosani, digunakan di bawah lisensi dari Shutterstock.com


DAFTAR ISI


BAB SATU

BAB DUA

BAB TIGA

BAB EMPAT

BAB LIMA

BAB ENAM

BAB TUJUH

BAB DELAPAN

BAB SEMBILAN

BAB SEPULUH

BAB SEBELAS

BAB DUA BELAS

BAB TIGA BELAS

BAB EMPAT BELAS

BAB LIMA BELAS

BAB ENAM BELAS

BAB TUJUH BELAS

BAB DELAPAN BELAS

BAB SEMBILAN BELAS

BAB DUA PULUH

BAB DUA PULUH SATU

BAB DUA PULUH DUA

BAB DUA PULUH TIGA

BAB DUA PULUH EMPAT

BAB DUA PULUH LIMA

BAB DUA PULUH ENAM

BAB DUA PULUH TUJUH

BAB DUA PULUH DELAPAN

BAB DUA PULUH SEMBILAN

BAB TIGA PULUH

"Ada kalanya manusia menjadi penentu takdirnya sendiri:

Wahai Brutus, yang salah bukanlah pemimpin kita,

Yang salah adalah diri kita sendiri, karena menjadi bawahan."

--William Shakespeare

Julius Caesar

BAB SATU

Kyra berdiri di puncak sebuah bukit kecil berumput, pada tanah beku di bawah sepatu bot miliknya; salju turun di sekelilingnya dan ia mencoba mengabaikan dingin yang menggigit saat ia menyiapkan busur lalu membidik sasarannya. Ia picingkan matanya, ia lupakan segala sesuatu—desiran angin, suara gagak di kejauhan—dan memaksa dirinya untuk hanya menatap pohon birch yang kurus di kejauhan, putih pucat warnanya, tegak menjulang di antara deretan pohon pinus sewarna lembayung. Duapuluh depa adalah jarak memanah yang terlalu sulit bagi saudara-saudara laki-lakinya, bahkan bagi para anak buah ayahnya—dan itulah yang membuat tekad Kyra makin teguh—sebagai anak bungsu dan satu-satunya gadis di antara saudara-saudaranya.

Kyra tak pernah merasa cocok. Sebagian dari dirinya tentu saja ingin menjadi seperti harapan orang akan dirinya dan menghabiskan waktu seperti layaknya gadis-gadis lainnya, yaitu mengurus pekerjaan rumah; namun jauh di lubuk hatinya, ia merasa bahwa dirinya bukanlah gadis seperti itu. Ia adalah seorang anak perempuan dengan semangat pejuang, mirip seperti ayahnya, dan ia tak sudi terkungkung di balik kokohnya tembok benteng pertahanan mereka, ia takkan mau hanya berdiam diri di rumah. Ia adalah pemanah yang lebih hebat daripada seluruh lelaki di sana—dan memang, ia bahkan lebih unggul daripada pemanah terbaik anak buah ayahnya—dan ia akan melakukan apa pun demi membuktikan kemampuannya pada mereka, dan terutama pada ayahnya, bahwa ia layak diperhitungkan. Ia tahu betapa ayahnya sangat menyayanginya, namun ayahnya tak akan menganggapnya lebih dari seorang anak perempuan.

Kyra berlatih keras di padang Volis, jauh dari bentengnya—itulah tempat yang sesuai baginya, karena sebagai satu-satunya gadis di dalam benteng yang penuh dengan pasukan, ia harus berlatih seorang diri. Tiap hari ia selalu menyendiri ke padang itu, ke tempat kesukaannya di puncak dataran tinggi yang menghadap ke dinding batu yang menjulang, tempat ia bisa mencari pohon yang tepat, yaitu pohon kurus yang sulit dibidik. Bunyi hentakan anak panah yang menancap di sasarannya bergema di seluruh desa; tak satu pun pohon yang luput dari anak panahnya, batang-batangnya terkoyak, dan beberapa pohon lain bahkan hampir ambruk.

Kyra tahu bahwa sebagian besar pasukan pemanah ayahnya berlatih membidik tikus yang berkeliaran di padang itu; dan saat ia memanah untuk kali pertama, ia mencobanya juga dan dapat membidik tikus-tikus itu dengan cukup mudah. Namun hal itu membuatnya muak. Ia memang pemberani, namun sekaligus perasa, dan ia benci membunuh makhluk bernyawa tanpa tujuan. Sejak saat itu ia bersumpah tak akan membidik sasaran makhluk bernyawa lagi—kecuali jika makhluk itu membahayakan dirinya atau menyerangnya, seperti Wolfbat yang muncul di malam hari dan terbang terlalu dekat dengan benteng ayahnya. Ia tak segan-segan membunuh makhluk semacam itu, apalagi setelah Aidan, adiknya laki-laki, tergigit oleh Wolfbat dan menderita sakit selama dua pekan. Selain itu, Wolfbat adalah makhluk dengan gerakan tercepat, dan ia yakin apabila ia dapat memanahnya, apalagi di malam hari, maka ia dapat memanah apa pun. Suatu kali, ia menghabiskan sepanjang malam saat bulan purnama, memanah makhluk-makhluk itu dari menara benteng, dan keesokan paginya ia bergegas penuh semangat menghitung Wolfbat yang sekarat jatuh ke tanah, dengan anak panah yang masih menancap di tubuh mereka, dan orang-orang di desa berkerumun dan melihatnya dengan wajah terkesima.

Kyra berkonsentrasi sekuat tenaga. Ia membayangkan bidikan itu di dalam mata batinnya, merentangkan busur, dengan cepat menarik talinya hingga ke dekat dagunya dan melepaskannya secepat kilat. Ia paham bahwa bidikan yang sesungguhnya itu terjadi sebelum ia melesatkan anak panahnya. Ia telah melihat banyak pemanah seusia dirinya, sekitar empat belas tahun umurnya, menarik tali busur dengan ragu-ragu—dan ia tahu bahwa bidikan mereka pasti akan meleset. Ia mengambil nafas dalam-dalam, mengangkat busurnya, dan dalam satu gerakan mantap, ditariknya tali busur lalu dilesatkannya anak panah. Ia bahkan tak perlu memeriksa apakah bidikannya berhasil mengenai pohon sasarannya.

Sejurus kemudian ia mendengar bunyi anak panah itu menancap mengenai sasarannya—namun ia telah berpaling menghadap sasaran selanjutnya, yang letaknya lebih jauh.

Kyra mendengar dengkingan di dekat kakinya dan matanya menatap Leo, serigala miliknya, berjalan di sisinya seperti biasa, lalu menggesekkan badan di kaki Kyra. Leo, seekor serigala dewasa dengan badan hampir setinggi pinggangnya, sangat melindungi Kyra seolah-olah Kyra adalah miliknya; mereka berdua selalu terlihat bersama-sama di dalam benteng ayahnya. Ke mana pun Kyra pergi, ke situlah Leo bergegas mengikutinya. Dan Leo akan selalu menyertai di sampingnya—kecuali jika ada seekor tupai atau kelinci yang melintas, maka saat itulah Leo dapat menghilang selama berjam-jam lamanya.

"Aku tak melupakanmu, kawan," kata Kyra sambil merogoh sebuah kantong dan memberikan sepotong tulang sisa dari pesta makan hari itu kepada Leo. Leo menyambarnya dan berlarian dengan gembira di sebelahnya.

Saat Kyra berjalan, nafasnya menguar bersama kabut di sekelilingnya; dikalungkannya busur di pundak dan embusan nafas menerpa tangannya, lembab dan dingin. Ia melintasi dataran tinggi yang luas dan rata, lalu memandang ke sekeliling. Dari tempat ini, ia bisa melihat seluruh wilayah pedesaan, barisan perbukitan Volis yang biasanya menghijau namun kini berselimut salju, provinsi tempat benteng ayahnya berada, di ujung timur laut kerajaan Escalon. Dari sini, Kyra dapat melihat segala sesuatu yang terjadi di dalam benteng ayahnya di bawah sana, orang-orang dusun dan para pejuang yang hilir mudik, dan inilah salah satu alasan mengapa ia suka berada di tempat ini. Ia senang mempelajari hal-hal kuno, kontur dinding batu di benteng ayahnya, bentuk dinding pertahanan dan menara yang terbentang mengagumkan di sekujur bukit, seolah-olah terbujur sepanjang masa. Volis adalah bangunan tertinggi di seluruh pedesaan itu, dengan beberapa bangunan berlantai empat yang menjulang dan dikelilingi oleh tembok pertahanan yang memukau. Volis dilengkapi dengan sebuah menara berdinding bundar di empat penjuru dan sebuah kapel bagi penghuninya; namun bagi Kyra, kapel itu menjadi sebuah tempat untuk dipanjatnya lalu mengamati seluruh penjuru desa dan menyendiri di situ. Tembok batu itu dikelilingi oleh sebuah parit, dengan sebuah jalan utama dan jembatan batu yang melengkung membentang di atasnya; selanjutnya, tempat itu dilindungi oleh tanggul-tanggul, bukit, selokan dan tembok—benar-benar sebuah tempat yang sesuai untuk salah satu prajurit Raja yang paling penting, yaitu ayahnya.

Ваша оценка очень важна

0
Шрифт
Фон

Помогите Вашим друзьям узнать о библиотеке

Скачать книгу

Если нет возможности читать онлайн, скачайте книгу файлом для электронной книжки и читайте офлайн.

fb2.zip txt txt.zip rtf.zip a4.pdf a6.pdf mobi.prc epub ios.epub fb3

Популярные книги автора